Masjid Sirathal Mustaqim adalah masjid tertua di Samarinda dan tertua kedua di Indonesia. Masjid ini terletak di Jalan.Pangeran Bendahara, Kecamatan Samarinda seberang, Provinsi Kalimantan Timur.
Didirikan tahun 1881 oleh pedagang muslim asal
Pontianak, Kalimantan Barat bernama Said Abdurachman bin Assegaf
bergelar Pangeran Bendahara.
Teras masjid yang sangat teduh |
Pada jaman dahulu, sekitar tahun 1800-an merupakan tempat prostitusi, judi,
penyembahan berhala, dan sarang bandit. Sehingga tidak khayal para
saudagar maupun rakyat biasa enggan melintasi daerah itu dan juga peredaran minuman keras marak di kawasan Samarinda Seberang
sehingga menimbulkan keresahan warga sekitar, karena bisa merusak citra
Samarinda Seberang sebagai syiar Islam. Warga kampungpun hampir tak ada
yang berani ke kawasan ini karena takut. Namun, Pangeran Bendahara
mendatangi mereka untuk mengajak menjalankan syariat Islam dan tokoh masyarakat setempat berunding untuk mencari
jalan keluar agar Samarinda Seberang bersih dari aktivitas itu. Dalam
perundingan disepakati, lahan seluas 2.028 meter persegi di sana akan
didirikan masjid.
Foto Masjid jaman dahulu |
Ada cerita aneh tapi menarik saat mendirikan 4 tiang utama penyangga
masjid. Meski dilakukan secara gotong royong, Pemasangan tiang yang
terbuat dari kayu ulin dengan panjang mencapai 7 meter sulit dilakukan karena besar dan beratnya kayu ulin trsebut.Akhirnya para pekerja putus asa, tiba-tiba mereka didatangi seorang nenek dari
luar desa. Tanpa banyak bicara, sang nenek yang tidak diketahui namanya
itu langsung menghampiri para pekerja dan menawarkan bantuan.
Setelah Said dan para pekerja menyetujui tawaran, sang nenek yang memakai jubah serba putih itu hanya meminta syarat supaya para warga Samarinda Seberang tidak melihat prosesi pemasangan tiang.
Setelah Said dan para pekerja menyetujui tawaran, sang nenek yang memakai jubah serba putih itu hanya meminta syarat supaya para warga Samarinda Seberang tidak melihat prosesi pemasangan tiang.
Karena syarat yang cukup ringan, akhirnya warga Samarinda menyerahkan
pemasangan tiang kepada sang nenek. Hingga akhirnya pada suatu pagi,
warga dikejutkan dengan posisi 4 tiang ulin yang sudah terpancang tegak
lurus. Warga pun kaget, tapi tak satu pun orang yang mampu
menemukan keberadaan nenek itu. Hahaha..... Sungguh tidak masuk akal ya.. Percaya tidak percaya Tapi itulah keajaiban...
Mimbar masjid |
Adapun keunikan lainnya seperti mimbar. Mimbar ini biasanya terletak di tempat dekat imam bagian depan.tetapi mimbar ini berada di dekat tiang tepat di belakang imam dan disamping para makmum. Sempat di pindahkan oleh para warga ke depan dan tepat di dekat imam tetapi keesokan harinya mimbar itupun kembali ketempat asalnya..
Halaman masjid yang asri dan luas |
moment saat festival. sahur bulan ramadhan |
Selama 10 tahun, pada 1891, atau tepat
pada 27 Rajab 1311 Hijriyah, akhirnya Masjid Shirathal Mustaqiem
rampung dari pengerjaannya. Sultan Kutai Aji Mohammad Sulaiman,
sekaligus menjadi imam masjid pertama yang memimpin salat. Setelah bangunan masjid rampung, pada 1901 Henry Dasen, seorang
saudagar kaya berkebangsaan Belanda, memberikan sejumlah hartanya untuk
pembangunan menara masjid berbentuk segi delapan, setinggi 21 meter dan luas sekitar 625 meter persegi. Menara itu berdiri tepat di belakang kiblat masjid dengan tiang -tiang penyangga dihubungkan memakai pasak (bukan paku).
Meski beberapa kali dicat ulang, namun bangunannya tidak mengalami perubahan. Biasanya mejid ini rutin menggelar kegiatan islami pada bulan ramadhan seperti festival bedug sahur, Lomba Adzan, Mengaji, dan masih banyak lagi. Hal ini bertujuan untuk meingkatkan ketaqwaan umat muslim kepada Allah SWT, meningkatkan kreatifitas dan juga turut melestarikan masjid siratal mustaqim ini.
Ayo lestarikan cagar budaya peninggalan sejarah Masjid tertua ke - 2 di Indonesia kita ini.
Sekian. (Desiska.f)
Moment masjid ketika malam hari |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar